UNIKNYA ARSITEKTUR NUSANTARA INDONESIA
UNIKNYA
ARSITEKTUR NUSANTARA INDONESIA
1.1.
Pendahuluan
Berbicara mengenai
Arsitektur Nusantara Arsitektur Nusantara Indonesia merupakan awal periode dari
perkembangan arsitektur Nusantara Indonesia, karena itu Arsitektur Nusantara
dikatakan sebagai Arsitektur Klasik. Arsitektur Nusantara dengan Arsitektur
Tradisional berbeda, meskipun keduanya berdasar dengan arsitektur sama yaitu
arsitektur yang tumbuh dan dikembangkan anak bangsa dan suku bangsa di
Indonesia.. Sebab pada satu sisi paham arsitektur tradisional berada dalam
lingkaran disiplin kebudayaan, maka dari itu diyakini bahwa arsitektur merupakan
pencerminan budaya. Di sisi lain Arsitektur Nusantara ini muncul karena
keterlibatan masyarakat atau arsitek yang membangun karya arsitekturnya lewat kebudayaan,
jadi pada akhirnya bukanlah kebudayaan yang menghadirkan arsitektur.
Menurut
Menurut
Menurut (Sudarwani,
2020)
dalam jurnalnya “Arsitektur di era globalisasi, sebagian orang berpendapat
bahwa proses globalisasi akan membuat dunia arsitektur menjadi seragam, proses
globalisasi akan menghapus identitas atau jati diri arsitektur, khususnya
arsitektur lokal atau arsitektur etnik. Arsitektur lokal atau arsitektur etnik
akan ditelan oleh kekuatan arsitektur modern atau kekuatan arsitektur global.
Begitu juga yang terjadi pada arsitektur nusantara, sementara ini sebagian
orang juga menganggap arsitektur nusantara sebagai peninggalan jaman kuno.”
1.2.Teori
Menurut
(Wijaya A, Kusumarini Y, Suprobo F, 2019) “Arsitektur
Nusantara adalah sebuah pernyataan yang mengandung beribu gambaran dan
persepsi. Merupakan proses pembelajaran dari ilmu pengetahuan yang pernah
dipelajari sejak sekolah dasar di mana Nusantara merupakan sebuah setting
tempat yang luas, terdiri dari beberapa pulau dan berisikan penduduk dengan
latar belakang budaya yang berbeda-beda dan sangat beragam. Didasari oleh
pengetahuan sejarah yang diberikan sejak mulai dikenalkan dengan setting dimana
Nusantara itu berada, adalah berawal dari kekuasaan masa Majapahit.”
Menurut (Bakhtiar, 2014) dalam jurnalnya berkata “Arsitektur
Nusantara berkembang dari tradisi berhuni di lingkungan berpohon-pohon, bukan
di lingkungan bergua-gua . dua tipologi tradisi berhuni prasejarah itu sudah
terbukti secara arkeologis.”
Menurut
Menurut
Subijono dalam (Sudarwani, 2020) “Arsitektur Nusantara menjadi living monument
yang hidup dan tumbuh bersama masyarakat dan Arsitektur Nusantara harus dapat
mengakomodasi interpretasi baru, material baru dan fungsi baru yang sesuai
dengan gaya hidup masyarakat pada masanya.”
1.3.
Metode
(Kritik Deskriptif) Menurut Hidayat syah
penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang digunakan untuk menemukan
pengetahuan yang sekuas-luasnya terhadap objek penelitian pada suatu masa
tertentu.
Sedangkan
menurut Punaji Setyosari ia menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah
penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan suatu
keadaan, peristiwa, objek apakah orang, atau segala sesuatu yang terkait dengan
variabel-variebel yang bisa dijelaskan baik dengan angka-angka maupun
kata-kata. Hal senada juga dikemukakan oleh Best bahwa penelitian
deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan
menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya.
Sukmadinata
dalam bukunya (2006:72) menjelaskan Penelitian deskriptif adalah suatu
bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang
ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa
berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan
perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya
Penelitian
deskriptif menurut Etna Widodo dan Mukhtar (2000) kebanyakan tidak dimaksudkan
untuk menguji hipotesis tertentu, melainkan lebih pada menggambarkan apa adanya
suatu gejala, variabel, atau keadaan. Namun demikian, tidak berarti semua
penelitian deskriptif tidak menggunakan hipotesis. Penggunaan hipotesis dalam
penelitian deskriptif bukan dimaksudkan untuk diuji melainkan bagaimana
berusaha menemukan sesuatu yang berarti sebagai alternatif dalam mengatasi
masalah penelitian melalui prosedur ilmiah.
1.4. Pembahasan
·
Di Jawa Tengah antara abad 8-10 M muncul
kerajaan-kerajaan dari dinasti Saylendra yang beragama Budha Mahayana dan
dinasti Sanjaya yang beragama Hindu. Candi terbesar dibangun dinasti Saylendra
dan Sanjaya adalah candi Budha; Borobudur dan candi Hindu; Loro Jonggrang
(Prambanan). Borobudur lebih menampilkan relief pada dindingnya, menceritakan
kisah sang Budha. Estetika relief percandian Jawa Tengah
tidak terlepas dari filosofi India tentang alam Makro dan Mikro, keramaian dan
keheningan, dunia Maya dan Nyata, serta alam keheningan. Seorang umat Budha
harus menempuh pengekangan diri untuk mencapai tempat yang terbaik, pada
akhirnya sebagaimana yang tergambarkan pada relief candi Borobudur. (Subroto R,
2012).
·
Omah Boto atau rumah bata yang berada di
Sidoarjo, secara konsep tata letak ruang pada rumah adalah yang sejatinya
terkuak sebagai modifikasi dari denah Joglo atau rumah Jawa. Dalam kaitannya
pembagian zona ruang pendhapa, pringgitan dan dalem. Namun yang coba diimprove
Andy Rahman di sini adalah menjawab
mengenai konteks permasalah yang lebih mengkini, itulah alasan mengapa akhirnya
Joglo pada Omah Boto tersebut dirancang secara vertikal. Rumah Tradisional di
Indonesia pada umumnya dan Rumah Tradisional Jawa khususnya merupakan warisan
nenek moyang yang tak ternilai harganya. Interiornya merupakan salah satu wujud
sarana untuk berlangsungnya gaya hidup dan tata cara di masa lampau. interior
rumah tradisional yang ada merupakan satu wadah yang tidak dapat dipisahkan di
samping eksistensinya sebagai karya seni. Interior rumah tradisional Jawa
adalah karya seni sebagai fakta sosial yang muncul di masa lampau seiring
dengan pengalaman hidup lainnya.
Omah Boto adalah yang sejauh ini paling lengkap mengimplementasikan hasil dari pendalamannya tentang tradisi ketukangan dan arsitektur Nusantara yang mengkini. Andy bercerita bahwa jarang mendapati klien, yang minta konsep rumah yang rasanya itu Indonesia. Dan saat menggarap Omah Boto klien seperti memiliki angan dan keinginan yang sama dengan sang perancang. Klien menyampaikan dua hal yang cukup penting untuk melandasi konsep perancangan rumah ini nantinya. Yang pertama adalah sebuah rumah dengan karakter kuat karena itulah yang klien impikan sejak lama. Kedua, dia ingin orang begitu melihat rumahnya dapat langsung dikenali sebagai rumah orang Indonesia. (Wijaya A, Kusumarini Y, Suprobo F, 2019).
· Manusia di nusantara tidak berdiri sendiri tapi saling kait mengkait secara global. Dari masa purba pun, wilayah di nusantara (saat ini) adalah tempat pertemuan antar manusia (jika beranggapan bahwa homo sapiens adalah cikal bakal manusia modern saat ini). Kemampuan berhuni manusia purba merupakan ‘gen’ yang diturunkan hingga masa kini. Pencaharian lokasi yang tidak jauh dari air (terutama sungai) merupakan insting dasar manusia dalam mencari huniannya, terutama di wilayah nusantara ini. Temuan di Gua harimau di Desa Padang Bindu, Sumatra Selatan v temuan lukisan dalam gua di Kalimantan Timur di tepi Sungai Marang (Chazine, 2005), sebagai salah satu buktinya. Manusia purba juga tidak hanya ‘puas’ pada suatu tempat/lokasi. Out of Africa dan out of Sundaland membuktikan proses adaptasi dengan ‘berpindah’,baik melalui darat maupun ‘air’. Dengan dua pendekatan teori tersebut permasalahan kesamaan bentuk antara arsitektur di Kanak dengan dengan Wae Rebo mungkin akan terjawab. Lalu bagaimana pemahaman arsitektur ‘liyan’ nya? Dengan penjelajahan yang panjang dari Oliver dan Jarzombek membuktikan bahwa adanya proses evolusi. Oliver menyatakan bahwa ada proses berhuni, Jarzombek lebih mendetail pada masing-masing tempat hunian itu berada. Ada proses adaptasi, ada proses transformasi baik bentuk maupun pikiran. Proses adaptasi terhadap iklim. Untuk wilayah nusantara terhadap iklim tropis lembab. Manusia masa lampau telah menunjukkan bahwa penggunaan atap yang panjang, tekradang bagian ‘badan’ bangunan tidak terlihat, adalah cara beradaptasi dengan iklim tropis lembab, disamping ventilasi silang. (Adiyanto J, 2018)
·
Wujud Arsitektur Nusantara dapat
dihadirkan dimana saja di Indonesia dan dapat pula dilakukan perpaduan antara
Jawa dengan Minang, Minang dengan Bali, dan lain sebagainya. Keragaman atau
ke-bhineka tunggal ika-an dapat ditempatkan sebagai preseden (acuan) dalam
melakukan pengkinian Arsitektur Nusantara. Arsitektur daerah tidak lagi
dipandang sebagai kotak-kotak kedaerahan atau fanatisme kedaerahan,karena
kebhineka tunggal ika-an telah dipandang sebagai kebersatuan. Untuk menjadi
terlihat kenusantaraannya, tentu saja tidak harus dibatasi dalam wujud bangunan
saja, tetapi bisa juga dalam ragam hias interior maupun eksterior, pola
penataan ruang dan konsep ruangnya, maupun keanekaragaman dari filosofi yang
melatarbelakangi terbentuknya bangunan berarsitektur nusantara. Semoga ke depan
Arsitektur Nusantara dapat memperkaya dan mengenalkan khasanah kearsitekturan
di Indonesia maupun di dunia.
1.5.
Kesimpulan
Arsitektur nusantara secara alami sesuai dengan “Sumpah Palapa, yaitu Bhineka Tunggal Ika”, yang mensyaratkan adanya ikatan antar suku (etnik Nusantara) atau arsitektur di luar nusantara (agama, teknologi modern, ornamen) dan dekorasi)
. Arsitektur Nusantara merupakan arsitektur pendatang yang telah mempengaruhi dan mempengaruhi arsitektur lain dari Afrika hingga Pasifik, baik di darat maupun di laut.
Arsitek Nusantara memiliki budaya yang panjang dari budaya darat hingga budaya air Namun tempat tinggalnya tidak jauh dari air.Kesamaan arsitektur di tempat yang
berbeda disebabkan oleh “jejak” yang ditinggalkan oleh gelombang migrasi manusia masa lalu, sedangkan perbedaan arsitektural karena proses adaptasi dan
transformasi akibat pengaruh lingkungan dan kondisi lokal.
DAFTAR
PUSTAKA:
(n.d.). Retrieved from
https://nuryuwandalinda.wordpress.com/2015/11/16/kritik-deskriptif/
Adiyanto, J. (2018). Mencari DNA Arsitektur di
Nusantara. Retrieved from
file:///C:/Users/ovi/Downloads/MencariDNAArsitekturdiNusantara_joA.pdf
Bakhtiar. (2014, 08 02). TIPE TEORI PADA ARSITEKTUR
NUSANTARA MENURUT JOSEF PRIJOTOMO. Retrieved from
file:///C:/Users/ovi/Downloads/5582-10857-1-PB.pdf
DESKRIPTIF, K. (n.d.). Retrieved from
https://nuryuwandalinda.wordpress.com/2015/11/16/kritik-deskriptif/
J, A. (n.d.). Mencari DNA Arsitektur di Nusantara.
Retrieved from
file:///C:/Users/ovi/Downloads/MencariDNAArsitekturdiNusantara_joA.pdf
R, S. (2012). Retrieved from
file:///C:/Users/ovi/Downloads/303-599-1-SM.pdf
Sudarwani, M. M. (2020, 03 18). PENDALAMAN PENGETAHUAN
ARSITEKTUR NUSANTARA. Retrieved from
file:///C:/Users/ovi/Downloads/pendalaman%20arsitektur%20nusantara%20(maria)%20(1).pdf
Wijaya A, K. Y. (2019). Manifestasi Nusantara
Mengkini pada Konsep Karya. Retrieved from
file:///C:/Users/ovi/Downloads/8860-16740-1-SM.pdf
Comments
Post a Comment