UNIKNYA ARSITEKTUR NUSANTARA INDONESIA

 

UNIKNYA ARSITEKTUR NUSANTARA INDONESIA

 

1.1. Pendahuluan

 

Berbicara mengenai Arsitektur Nusantara Arsitektur Nusantara Indonesia merupakan awal periode dari perkembangan arsitektur Nusantara Indonesia, karena itu Arsitektur Nusantara dikatakan sebagai Arsitektur Klasik. Arsitektur Nusantara dengan Arsitektur Tradisional berbeda, meskipun keduanya berdasar dengan arsitektur sama yaitu arsitektur yang tumbuh dan dikembangkan anak bangsa dan suku bangsa di Indonesia.. Sebab pada satu sisi paham arsitektur tradisional berada dalam lingkaran disiplin kebudayaan, maka dari itu diyakini bahwa arsitektur merupakan pencerminan budaya. Di sisi lain Arsitektur Nusantara ini muncul karena keterlibatan masyarakat atau arsitek yang membangun karya arsitekturnya lewat kebudayaan, jadi pada akhirnya bukanlah kebudayaan yang menghadirkan arsitektur.

 

Menurut (Adiyanto, 2018) dalam jurnalnya “Arsitektur Nusantara dipahami sebagai arsitektur yang berada di antara benua Asia dan Australia serta diantara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Rujukan artefak arsitekturalnya pun adalah arsitektur masa lampau atau sebelum masuknya pengaruh Hindia Belanda.”

 

Menurut (Bakhtiar, 2014) dalam jurnalnya berkata “Sungguh disayangkan apabila arsitektur klasik Indonesia sebagai pengtahuan anak bangsa Nusantara, dipahami sebagai buah dari budaya atau “arsitektur sebagai cerminan kebudayaan”. Pemahaman seperti ini tentunya menempatkan pengetahuan arsitektur Klasik Indonesia di dalam posisi yang terpinggirkan untuk ditumbuh dan menjadi barang pusaka yang dikeramatkan.”

 

Menurut (Sudarwani, 2020) dalam jurnalnya “Arsitektur di era globalisasi, sebagian orang berpendapat bahwa proses globalisasi akan membuat dunia arsitektur menjadi seragam, proses globalisasi akan menghapus identitas atau jati diri arsitektur, khususnya arsitektur lokal atau arsitektur etnik. Arsitektur lokal atau arsitektur etnik akan ditelan oleh kekuatan arsitektur modern atau kekuatan arsitektur global. Begitu juga yang terjadi pada arsitektur nusantara, sementara ini sebagian orang juga menganggap arsitektur nusantara sebagai peninggalan jaman kuno.”

 

1.2.Teori

 

Menurut (Wijaya A, Kusumarini Y, Suprobo F, 2019) “Arsitektur Nusantara adalah sebuah pernyataan yang mengandung beribu gambaran dan persepsi. Merupakan proses pembelajaran dari ilmu pengetahuan yang pernah dipelajari sejak sekolah dasar di mana Nusantara merupakan sebuah setting tempat yang luas, terdiri dari beberapa pulau dan berisikan penduduk dengan latar belakang budaya yang berbeda-beda dan sangat beragam. Didasari oleh pengetahuan sejarah yang diberikan sejak mulai dikenalkan dengan setting dimana Nusantara itu berada, adalah berawal dari kekuasaan masa Majapahit.”

 

Menurut (Bakhtiar, 2014) dalam jurnalnya berkata “Arsitektur Nusantara berkembang dari tradisi berhuni di lingkungan berpohon-pohon, bukan di lingkungan bergua-gua . dua tipologi tradisi berhuni prasejarah itu sudah terbukti secara arkeologis.”

 

Menurut (Sudarwani, 2020) “Kita harus bisa menerima modernisme arsitektur dalam rangka memperkuat khasanah Arsitektur Nusantara. Jadi pada prinsipnya memodernkan atau mengglobalkan Arsitektur Nusantara merupakan hal yang lebih diharapkan dalam rangka mengembangkan dan meneguhkan Arsitektur Nusantara itu sendiri.”

 

Menurut Subijono dalam (Sudarwani, 2020) “Arsitektur Nusantara menjadi living monument yang hidup dan tumbuh bersama masyarakat dan Arsitektur Nusantara harus dapat mengakomodasi interpretasi baru, material baru dan fungsi baru yang sesuai dengan gaya hidup masyarakat pada masanya.”

 

1.3. Metode

(Kritik Deskriptif) Menurut Hidayat syah penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang digunakan untuk menemukan pengetahuan yang sekuas-luasnya terhadap objek penelitian pada suatu masa tertentu. 

Sedangkan menurut Punaji Setyosari ia menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk  menjelaskan atau mendeskripsikan suatu keadaan, peristiwa, objek apakah orang, atau segala sesuatu yang terkait dengan variabel-variebel yang bisa dijelaskan baik dengan angka-angka maupun kata-kata.  Hal senada juga dikemukakan oleh Best bahwa penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya.

Sukmadinata dalam bukunya (2006:72) menjelaskan  Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya

Penelitian deskriptif menurut Etna Widodo dan Mukhtar (2000) kebanyakan tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, melainkan lebih pada menggambarkan apa adanya suatu gejala, variabel, atau keadaan. Namun demikian, tidak berarti semua penelitian deskriptif tidak menggunakan hipotesis. Penggunaan hipotesis dalam penelitian deskriptif bukan dimaksudkan untuk diuji melainkan bagaimana berusaha menemukan sesuatu yang berarti sebagai alternatif dalam mengatasi masalah penelitian melalui prosedur ilmiah.

1.4.   Pembahasan

 

·         Di Jawa Tengah antara abad 8-10 M muncul kerajaan-kerajaan dari dinasti Saylendra yang beragama Budha Mahayana dan dinasti Sanjaya yang beragama Hindu. Candi terbesar dibangun dinasti Saylendra dan Sanjaya adalah candi Budha; Borobudur dan candi Hindu; Loro Jonggrang (Prambanan). Borobudur lebih menampilkan relief pada dindingnya, menceritakan kisah sang Budha. Estetika relief percandian Jawa Tengah tidak terlepas dari filosofi India tentang alam Makro dan Mikro, keramaian dan keheningan, dunia Maya dan Nyata, serta alam keheningan. Seorang umat Budha harus menempuh pengekangan diri untuk mencapai tempat yang terbaik, pada akhirnya sebagaimana yang tergambarkan pada relief candi Borobudur. (Subroto R, 2012).

 

·         Omah Boto atau rumah bata yang berada di Sidoarjo, secara konsep tata letak ruang pada rumah adalah yang sejatinya terkuak sebagai modifikasi dari denah Joglo atau rumah Jawa. Dalam kaitannya pembagian zona ruang pendhapa, pringgitan dan dalem. Namun yang coba diimprove

 

Andy Rahman di sini adalah menjawab mengenai konteks permasalah yang lebih mengkini, itulah alasan mengapa akhirnya Joglo pada Omah Boto tersebut dirancang secara vertikal. Rumah Tradisional di Indonesia pada umumnya dan Rumah Tradisional Jawa khususnya merupakan warisan nenek moyang yang tak ternilai harganya. Interiornya merupakan salah satu wujud sarana untuk berlangsungnya gaya hidup dan tata cara di masa lampau. interior rumah tradisional yang ada merupakan satu wadah yang tidak dapat dipisahkan di samping eksistensinya sebagai karya seni. Interior rumah tradisional Jawa adalah karya seni sebagai fakta sosial yang muncul di masa lampau seiring dengan pengalaman hidup lainnya.

 

Omah Boto adalah yang sejauh ini paling lengkap mengimplementasikan hasil dari pendalamannya tentang tradisi ketukangan dan arsitektur Nusantara yang mengkini. Andy bercerita bahwa jarang mendapati klien, yang minta konsep rumah yang rasanya itu Indonesia. Dan saat menggarap Omah Boto klien seperti memiliki angan dan keinginan yang sama dengan sang perancang. Klien menyampaikan dua hal yang cukup penting untuk melandasi konsep perancangan rumah ini nantinya. Yang pertama adalah sebuah rumah dengan karakter kuat karena itulah yang klien impikan sejak lama. Kedua, dia ingin orang begitu melihat rumahnya dapat langsung dikenali sebagai rumah orang Indonesia. (Wijaya A, Kusumarini Y, Suprobo F, 2019).


·         Manusia di nusantara tidak berdiri sendiri tapi saling kait mengkait secara global. Dari masa purba pun, wilayah di nusantara (saat ini) adalah tempat pertemuan antar manusia (jika beranggapan bahwa homo sapiens adalah cikal bakal manusia modern saat ini). Kemampuan berhuni manusia purba merupakan ‘gen’ yang diturunkan hingga masa kini. Pencaharian lokasi yang tidak jauh dari air (terutama sungai) merupakan insting dasar manusia dalam mencari huniannya, terutama di wilayah nusantara ini. Temuan di Gua harimau di Desa Padang Bindu, Sumatra Selatan v  temuan lukisan dalam gua di Kalimantan Timur di tepi Sungai Marang (Chazine, 2005), sebagai salah satu buktinya. Manusia purba juga tidak hanya ‘puas’ pada suatu tempat/lokasi. Out of Africa dan out of Sundaland membuktikan proses adaptasi dengan ‘berpindah’,baik melalui darat maupun ‘air’. Dengan dua pendekatan teori tersebut permasalahan kesamaan bentuk antara arsitektur di Kanak dengan dengan Wae Rebo mungkin akan terjawab. Lalu bagaimana pemahaman arsitektur ‘liyan’ nya? Dengan penjelajahan yang panjang dari Oliver dan Jarzombek membuktikan bahwa adanya proses evolusi. Oliver menyatakan bahwa ada proses berhuni, Jarzombek lebih mendetail pada masing-masing tempat hunian itu berada. Ada proses adaptasi, ada proses transformasi baik bentuk maupun pikiran. Proses adaptasi terhadap iklim. Untuk wilayah nusantara terhadap iklim tropis lembab. Manusia masa lampau telah menunjukkan bahwa penggunaan atap yang panjang, tekradang bagian ‘badan’ bangunan tidak terlihat, adalah cara beradaptasi dengan iklim tropis lembab, disamping ventilasi silang. (Adiyanto J, 2018)


·         Wujud Arsitektur Nusantara dapat dihadirkan dimana saja di Indonesia dan dapat pula dilakukan perpaduan antara Jawa dengan Minang, Minang dengan Bali, dan lain sebagainya. Keragaman atau ke-bhineka tunggal ika-an dapat ditempatkan sebagai preseden (acuan) dalam melakukan pengkinian Arsitektur Nusantara. Arsitektur daerah tidak lagi dipandang sebagai kotak-kotak kedaerahan atau fanatisme kedaerahan,karena kebhineka tunggal ika-an telah dipandang sebagai kebersatuan. Untuk menjadi terlihat kenusantaraannya, tentu saja tidak harus dibatasi dalam wujud bangunan saja, tetapi bisa juga dalam ragam hias interior maupun eksterior, pola penataan ruang dan konsep ruangnya, maupun keanekaragaman dari filosofi yang melatarbelakangi terbentuknya bangunan berarsitektur nusantara. Semoga ke depan Arsitektur Nusantara dapat memperkaya dan mengenalkan khasanah kearsitekturan di Indonesia maupun di dunia.


1.5. Kesimpulan

Arsitektur nusantara secara alami sesuai dengan “Sumpah Palapa, yaitu Bhineka Tunggal Ika”, yang mensyaratkan adanya ikatan antar suku (etnik Nusantara) atau arsitektur di luar nusantara (agama, teknologi modern, ornamen) dan dekorasi) . Arsitektur Nusantara merupakan arsitektur pendatang yang telah mempengaruhi dan mempengaruhi arsitektur lain dari Afrika hingga Pasifik, baik di darat maupun di laut. Arsitek Nusantara memiliki budaya yang panjang dari budaya darat hingga budaya air Namun tempat tinggalnya tidak jauh dari air.Kesamaan arsitektur di tempat yang berbeda disebabkan oleh “jejak” yang ditinggalkan oleh gelombang migrasi manusia masa lalu, sedangkan perbedaan arsitektural karena proses adaptasi dan transformasi akibat pengaruh lingkungan dan kondisi lokal.

DAFTAR PUSTAKA:

(n.d.). Retrieved from https://nuryuwandalinda.wordpress.com/2015/11/16/kritik-deskriptif/

Adiyanto, J. (2018). Mencari DNA Arsitektur di Nusantara. Retrieved from file:///C:/Users/ovi/Downloads/MencariDNAArsitekturdiNusantara_joA.pdf

Bakhtiar. (2014, 08 02). TIPE TEORI PADA ARSITEKTUR NUSANTARA MENURUT JOSEF PRIJOTOMO. Retrieved from file:///C:/Users/ovi/Downloads/5582-10857-1-PB.pdf

DESKRIPTIF, K. (n.d.). Retrieved from https://nuryuwandalinda.wordpress.com/2015/11/16/kritik-deskriptif/

J, A. (n.d.). Mencari DNA Arsitektur di Nusantara. Retrieved from file:///C:/Users/ovi/Downloads/MencariDNAArsitekturdiNusantara_joA.pdf

R, S. (2012). Retrieved from file:///C:/Users/ovi/Downloads/303-599-1-SM.pdf

Sudarwani, M. M. (2020, 03 18). PENDALAMAN PENGETAHUAN ARSITEKTUR NUSANTARA. Retrieved from file:///C:/Users/ovi/Downloads/pendalaman%20arsitektur%20nusantara%20(maria)%20(1).pdf

Wijaya A, K. Y. (2019). Manifestasi Nusantara Mengkini pada Konsep Karya. Retrieved from file:///C:/Users/ovi/Downloads/8860-16740-1-SM.pdf

Comments